Wednesday, October 5, 2016

Efektivitas Pembelajaran Sistem Informasi Geografi di Sekolah


Pembelajaran geografi di bangku sekolah telah diajarkan mulai dari tingkat dasar meskipun dalam bentuk terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Geografi yang mempelajari fenomena-fenomena di permukaan bumi dan luas ini sebenarnya merupakan kajian yang cukup menarik, dan banyak terkait dengan ilmu-ilmu lain. Namun demikian, dalam penelitian Maryani (2006) dikemukakan bahwa saat ini pelajaran geografi masih dianggap sulit. Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkannya, yaitu: (1) pelajaran geografi sering terjebak pada aspek kognitif yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai dan gunung atau fakta-fakta lainnya; (2) ilmu geografi seringkali dikaitkan dengan ilmu yang hanya membuat peta; (3) geografi hanya menggambarkan perjalanan-perjalanan manusia di permukaan bumi; (4) proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal, kurang melibatkan fakta-fakta aktual, kurang menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir; dan (5) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah yang berkembang saat ini.

Kondisi tersebut mempengaruhi minat peserta didik untuk belajar geografi. Hasil penelitian terhadap 97 peserta didik di Bandung menunjukkan kecenderungan yang kurang memuaskan dari minat peserta didik terhadap mata pelajaran geografi (Setiawan, 2009). Peserta didik diminta untuk mengurutkan mata pelajaran yang disukai oleh mereka. Mata pelajaran geografi berada di peringkat ke-6 dari 13 mata pelajaran di sekolah. Hanya 5 peserta didik (5,2 %) dari 97 peserta didik yang menjadikan geografi sebagai mata pelajaran yang paling disukai.

Terbatasnya variasi metode dan pemanfaatan media pembelajaran di sekolah tentu akan membuat aktivitas pembelajaran geografi tidak berjalan secara optimal. Penggunaan metode ceramah secara terus menerus membuat pelajaran geografi cenderung bersifat verbalisme dan menjauhkan peserta didik dari dunia nyata yang ada di sekitarnya. Padahal salah satu tujuan pembelajaran geografi adalah membuat peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang tempat dimana mereka tinggal. Liben (2008) mengemukakan bahwa sangat penting untuk membangun konsep penggambaran dan keruangan dasar dengan pertama kali menggunakan gambaran lingkungan yang dikenali dimana anak hidup dan bergerak seperti ruang kelas, lingkungan sekolah dan rumah, sebelum beralih pada gambaran lingkungan yang lebih luas dan jauh dan tidak dikenali oleh mereka.

Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran geografi. Metode pembelajaran yang cenderung klasikal yang selama ini banyak dilakukan harus dipadukan dengan metode yang lebih memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan potensinya. Peran guru lebih mendorong dan memotivasi peserta didik untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Pemanfaatan media pembelajaran berupa komputer dapat dijadikan salah satu sumber belajar yang efektif bagi peserta didik. Dalam kaitan tersebut, Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem informasi berbasis spasial dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan sumber belajar untuk mengenal dan memahami kondisi geografis atau lingkungan sekitar peserta didik.

Namun, keuntungan penggunaan SIG untuk pembelajaran tampaknya belum banyak dikembangkan di Indonesia. Materi SIG yang ada dalam kurikulum lebih cenderung mengenalkan SIG sebagai salah satu teknologi informasi, sehingga lebih banyak belajar tentang SIG (learning about GIS) bukan mengajar dengan menggunakan SIG (Teaching with GIS). Materi SIG ada di kelas XII yang kompetensinya adalah “Menganalisis pemanfaatan peta dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk inventarisasi sumberdaya alam, perencanaan pembangunan, kesehatan lingkungan, dan mitigasi bencana”. Padahal dengan SIG sangat potensial untuk membantu meningkatkan pemahaman dan motivasi belajar peserta didik.

Penelitian tentang pemanfaatan SIG dalam pendidikan juga masih langka. Liu dan Zhu (2008) mengemukakan bahwa sedikit penelitian yang mengkaji tentang pembelajaran yang berbasis SIG dengan cara peserta didik dapat mengakses atau berinteraksi dengan informasi geografis, menyusun pendekatan belajarnya sendiri, mendorong kegiatan belajar antar mata pelajaran, membuat dan menginterpretasi berbagai representasi informasi geografis. Apa yang disampaikan oleh Liu juga tidak berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Bednarz (2004) yang mengemukakan komunitas peneliti pendidikan geografi belum memperoleh keyakinan tentang kepastian akan kontribusi SIG terhadap pembelajaran secara substantif. Mereka juga tidak bisa dengan tegas menyatakan bahwa SIG memiliki efek positif dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan menganalisis spasial sebagai tujuan utama dalam pendidikan geografi.

Selain penelitian yang masih langka, ketersediaan perangkat lunak di pasaran yang khusus diaplikasikan dalam pendidikan juga masih langka, apalagi perangkat lunak SIG yang di dalamnya berisi basis data yang sesuai dengan kondisi lokal. Berdasarkan hasil penelitian Favier dan Van der Schee (2009) selain waktu yang tidak mencukupi untuk menerapkan SIG juga materi dalam basis data SIG yang tidak sesuai dengan tujuan dalam kurikulum dan perangkat lunak SIG yang dianggap rumit. Para guru, berdasarkan hasil penelitian Lam et al. (2009), berharap ada semacam kit pembelajaran berbasis SIG yang lebih user friendly, sehingga siap digunakan oleh para guru secara lebih mudah. Walaupun potensi SIG sangat besar dalam mendukung pembelajaran geografi di sekolah, namun sampai saat ini belum tersedia aplikasi SIG yang secara khusus ditujukan untuk memenuhi tuntutan kurikulum geografi di Indonesia. Apalagi aplikasi SIG yang dilengkapi dengan basis data lokal untuk pembelajaran geografi di Indonesia.

SIG berpotensi dikembangkan sebagai media pembelajaran, namun pengaruhnya terhadap motivasi dan prestasi belajar masih harus diuji lebih jauh. Hasil penelitian sebelumnya masih menunjukkan inkonsistensi. Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap pembelajaran, sedangkan yang lainnya menunjukkan hasil sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan aplikasi SIG sebagai media pembelajaran memerlukan pengujian atau validasi dalam kegiatan pembelajaran sesungguhnya

Maka dari itu perlu dilakukan kajian yang mendalam mengenai pembelajaran SIG yang dilakukan oleh guru saat ini, dan beberapa pengembangan yang dapat dilakukan untuk memberikan masukan agar SIG dapat masuk kedalam tingkatan pembelajaran yang lebih tinggi di masa yang mendatang.



1 comment:

  1. Terimakasih untuk tulisannya, memang benar sekali waktu prtama kali mulai belajar tentang SIG saya merasa kesulitan karena bingung mau mulai dari mana, namun sekarang sudah bnyak sekali artikel-artikel yang menjelaskan tentang SIG sehingga bisa menambah wawasan dan materi dan akhirnya bisa memahami sedikit demi sedikit. Semoga sukses untuk seterusnya kak :)
    kunjungi website saya di https://fitriyanti.mahasiswa.atmaluhur.ac.id
    dan website kampus saya di http://www.atmaluhur.ac.id

    ReplyDelete